Beranda | Artikel
Bergegaslah! Hidup di Dunia Hanya Sebentar
Minggu, 10 Maret 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Bergegaslah! Hidup di Dunia Hanya Sebentar merupakan rekaman kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. dan disiarkan secara langsung dari Masjid Agung Ciamis pada Ahad, 15 Rabi’ul Awwal 1439 H / 25 November 2018 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Bergegaslah! Hidup di Dunia Hanya Sebentar – Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.

Kita hidup di dunia takkan mungkin selamanya. Semua pasti akan merasakan kematian. Allah Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali-Imran[3]: 185)

Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Siapapun dia, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman kepada RasulNya:

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ ﴿٣٠﴾

Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan meninggal dan sesungguhnya mereka pun juga akan meninggal dunia.” (QS. Az-Zumar [39]: 30)

Karena kita hidup di dunia tidak akan lama. Perjalanan kita hanya sementara, kemudian setelah itu kita akan meninggal dunia. Kita akan berpindah kepada alam yang tentunya berbeda dengan alam dunia. Alam yang lebih panjang, alam yang lebih kekal. Pilihan kita hanya dua; jika tidak neraka maka surga. Maka setiap kita hendaknya memilih kemana ia akan langkahkan kakinya? Apakah menuju surga atau kepada api neraka? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كُلُّ النَّاس يَغْدُو، فَبِائِعٌ نَفْسَهُ فمُعْتِقُها، أَوْ مُوبِقُهَا

 “Setiap manusia sedang pergi menjual dirinya, apakah ia akan memerdekakan dirinya dari api neraka ataukah ia akan menjerumuskan dirinya ke dalam api neraka?” (HR. Muslim)

Setelah kita menyadari bahwa kita hidup di dunia tidak akan lama. Setelah kita menyadari bahwasannya kita hidup didunia sementara, lantas apa yang harus kita lakukan?

Tentu ini yang terpenting. Berapa banyak orang yang sadar bahwa dirinya akan meninggal dunia. Namun Subhanallah, ia terus-menerus tertipu dengan angan-angannya. Ia berkata, “Nanti saya akan beramal shalih, nanti saya akan bertaubat.” Namun ternyata ia tidak berusaha segera untuk bertaubat, ia tidak berusaha untuk segera bertaubat, ia tidak berusaha kembali kepada Allah. Karena ia tertipu dengan ucapan “nanti”nya tersebut. Hanya sebatas angan-angan dan khayalan.

Sehingga akhirnya sekonyong-konyong ternyata ajal menjemputnya sementara ia belum siap, sementara ia pun belum bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena ajal tidak menunggu nanti. ajal pun tidak pernah ada istilah nanti. Apabila Allah telah tentukan ajal seseorang, tidak akan pernah terlambat sedikit pun juga, tidak akan pernah diundur sedikitpun juga.

Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian, kita yang sadar bahwa kita hidup didunia hanya sementara dan setelah itu kita akan meninggal dunia, harus kita segera mengambil sikap. Tidak ada kata “nanti”, namun segera dan segera.

Apa yang harus kita lakukan?

Pertama, menyadari tentang hakikat kehidupan dunia agar kita tidak tertipu dengan kehidupan dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Al-Qur’an dan menggambarkan dunia dengan gambaran-gambaran yang hina. Tak pernah dalam satu ayat pun Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji dunia. Allah Ta’ala misalnya berfirman di dalam ayatNya:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid[57]: 20)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan di dalam Al-Qur’an, surat Thaha ayat 131:

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ﴿١٣١﴾

Dan janganlah sampai kedua matamu itu memandang kagum kepada orang-orang yang kami berikan kenikmatan dari kehidupan dunia, itu hanya sebatas kesenangan dunia agar Allah uji mereka dengan dunia. Dan rezeki Rabbmu itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Tha-Ha[20]: 131)

Sadari bahwa dunia merupakan kesenangan yang menipu. Dunia, halalnya akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan haramnya akan mendatangkan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dunia, semua kesenangan yang kita nikmati pasti akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ﴿٨﴾

kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At-Takatsur[102]: 8)

Maka ketika kita bernikmat-nikmat dengan kehidupan dunia, kita langsung ingat bahwa semua kenikmatan yang kita rasakan akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentang sepatu yang kita beli, tentang baju yang kita beli, tentang rumah, tentang mobil, bahkan semua yang kita miliki, jam tangan dan yang lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ

“Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia infakkan dan tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan.” (HR. Tirmidzi)

Subhanallah, saudara-saudaraku sekalian. Seorang Mukmin melihat dunia itu dengan penglihatan yang hina. Ia sadar bahwasanya dunia hanya akan menipunya jika ia tenggelam didalam kehidupan dunia. Seorang Mukmin sadar bahwa apabila ia sibuk dengan kehidupan dunia dan terus menerus dalam kelezatan dunia, menyebabkan dia akan terhalang perjalanannya menuju Allah dan kehidupan akhiratnya. Seorang Mukmin sadar bahwasannya semua kenikmatan yang ia rasakan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu semuanya bisa membawa ke neraka atau membawanya ke dalam surga abadi yang ia harapkan dan mimpikan.

Maka seorang Mukmin, dia lebih mengharapkan akhirat daripada dunia. Ketika ia sadar bahwa ia hidup di Dunia tidak tidak akan lama. Ia sadar hidup di dunia tak mungkin selama-lamanya dan abadi. Seorang Mukmin sadar bahwa nikmatnya dunia itu tidak akan kekal, kesenangan dunia selalu diawali dengan keletihan dan kelelahan dan diakhiri dengan kekhawatiran. Seorang mukmin melihat dunia itu sesuatu yang mengkhawatirkan dirinya saudaraku sekalian. Dia takut sekali tertipu dengan kehidupan dunia yang menyebabkan akhirnya ia menjadi berat langkahnya menuju kehidupan akhirat.

Maka sadarilah tentang hakikat dunia, pahami tentang dunia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan kepada kita bahwa dunia begitu hina sekali. Sebagaimana dalam riwayat Imam Ahmad ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan beberapa Sahabatnya melewati bangkai anak kambing. Beliau pun mengambil kambing itu dengan memegang telinganya. “Siapakah yang mau membeli ini dengan harga satu dirham?”. Tanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kata para Sahabat, “Wahai Rasulullah, apabila anak kambing ini masih hidup pun kami tidak mau membelinya karena ia cacat. Bagaimana ini sudah menjadi bangkai?”. Kata Rasulullah, “Sungguh dunia itu lebih hina dimata Allah daripada bangkai ini di mata kalian.”

Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menemui Sahabat yang sedang makan, “Apa yang sedang kamu makan?”. Kata Sahabat ini, “Aku makan roti demikian pula susu wahai Rasulullah.” Rasulullah bertanya, “makanan yang enak itu menjadi apa?” Kata Sahabat ini, “menjadi sesuatu yang kau telah ketahui, kotoran.” Kata Rasulullah, “Sungguh apa yang keluar dari perut manusia telah memberikan perumpamaan tentang hakikat kehidupan dunia.”

Seseorang membuat makanan enak seenak-enaknya, tapi ternyata keluarnya tetap seperti itu juga. Semua orant tidak akan suka dengan baunya. Pasti semua orang akan menutup hidungnya. Padahal sebelumnya adalah makanan yang enak. Itulah perumpamaan kehidupan dunia.

Maka jangan sekali-kali kita memandang dunia dengan pandangan yang luar biasa. Jangan sekali-kali kita memandang dunia dengan pandangan kekaguman kita kepada kehidupan dunia. Ketika hati kita mulai kagum dengan dunia, di saat itu hati kita mulai berpaling dari kehidupan akhirat. Disaat kita mulai kagum dengan kehidupan dunia, maka disaat itu penghormatan kita kepada para pemilik dunia. Sementara kita memandang orang-orang yang menginginkan kehidupan akhirat dengan pandangan yang hina. Akibat daripada kita sebatas melihat dengan dunia saja.

Saudara-saudaraku sekalian, ini hal pertama yang harus kita lakukan. Pahami tentang hakikat dunia, bahwa dunia ini hina, dunia adalah sesuatu yang akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dunia, keharamannya hanya akan mendatangkan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kedua, setelah kita sadar bahwa kita tidak akan lama hidup di dunia mka kita harus berhati-hati dalam kehidupan dunia. Kita hidup didunia bagaikan berada disebuah alam belantara yang kita tidak tahu kita akan melangkahkan kaki kita kemana. Kita butuh panduan.

Bayangkan kalau kita masuk ke sebuah hutan dan kita tidak tahu kemana harus melangkahkan kaki, mungkin kita akan tersesat jalan atau kita akan dimangsa oleh binatang buas atau mungkin setelah itu kita akan mati kelaparan di dalam hutan yang kita tidak tahu bagaimana belantaranya.

Bagaimana ketika kita masuk ke dalam sebuah hutan?

Kita harus hati-hati dari binatang buas, hati-hati dari segala sesuatu yang bisa mencelakakan diri kita, jangan sampai kita terperosok di dalam jurang yang mengakibatkan kebinasaan diri kita.

Demikian pula kita hidup di dunia harus hati-hati. Maka dari itu, perbekalan seseorang untuk hidup di dunia yang paling baik adalah diantaranya sifat wara’.

Apa itu waro’?

Simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-15:45

Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Bergegaslah! Hidup di Dunia Hanya Sebentar – Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46782-bergegaslah-hidup-di-dunia-hanya-sebentar/